perilaku agresif anak

Perilaku Agresif Sering Terjadi pada Anak, Apa Penyebabnya?

Perilaku agresif dapat dikatakan wajar jika itu dialami oleh anak pada usia 2 tahun, yang mana masih mengalami perkembangan bahasa yang belum optimal. Sehingga cenderung mengekspresikan emosi atau keinginan yang tidak terpenuhi melalui perilaku agresif. Tetapi, dapat dikatakan tidak wajar jika perilaku tersebut terus-menerus ada, memiliki frekuensi yang sering dan intensitas yang kuat seiring dengan meningkatnya perkembangan kognitif pada anak.

Pengertian

Perilaku agresif adalah perilaku menyakiti atau menyerang individu lain dengan sengaja, yang bersifat verbal maupun nonverbal. Perilaku ini tidak hanya tertuju pada individu tetapi juga pada suatu objek, misalnya anak merusak, melempar, membanting, atau menendang objek tertentu. Seperti orang dewasa, anak-anak terkadang merasa marah sehingga menunjukkan emosi yang tidak menyenangkan ini agar kebutuhannya terpenuhi dengan cara bertindak agresi proaktif, agresi relasional, agresi reaktif, atau agresi fisik.

  1. Agresi proaktif, ditunjukkan untuk mencapai suatu tujuan.
  2. Agresi relasional, ditunjukkan untuk manipulasi sosial dan diwujudkan secara verbal.
  3. Agresi reaktif, ditunjukkan untuk balas dendam.
  4. Agresi fisik, ditunjukkan dengan cara menyakiti seseorang secara fisik.

Jenis-jenis

Perilaku agresif ini memiliki macam-macam bentuk. Ayah dan Bunda dapat mengamati perilaku agresif yang muncul pada anak agar dapat menentukan perilaku tersebut termasuk agresi verbal, agresi fisik, kemarahan atau permusuhan.

  1. Agresi Verbal, adalah tindakan melukai orang lain secara verbal. Contohnya membentak, mendebat, mengejek, mengancam, menghina, memaki, menggunjing.
  2. Agresi Fisik, adalah tindakan yang bertujuan untuk melukai atau menyerang orang lain secara fisik. Contohnya merusak barang, memukul, menendang, mendorong, meludahi, memukul, menampar, menendang, membunuh.
  3. Kemarahan, adalah perasaan tidak senang karena cidera fisik maupun psikis yang diterima individu. Contohnya marah, kesal dan benci.
  4. Permusuhan, adalah sikap negatif kepada orang lain karena asumsi sendiri yang negatif. Contohnya cemburu, dengki, curiga, sikap bermusuhan kepada orang lain dan dendam.

Faktor yang Mempengaruhi

Berdasarkan hasil beberapa penelitian, menyatakan bahwa perilaku agresif pada anak dipengaruhi oleh pola asuh orangtua. Apa saja diantaranya?

   1. Konflik antara orang tua

Konflik antara orang tua dapat memengaruhi cara anak memahami, menafsirkan, dan merespons situasi sosial, termasuk hubungannya dengan teman sebaya. Hal ini menyebabkan terjadinya perilaku agresif, kemarahan atau permusuhan antara anak dengan teman sebaya di lingkungan sosial.

   2. Kurang memberikan dukungan emosional

Anak kurang mendapatkan dukungan emosional dari orangtua seperti kasih sayang dan perhatian. Kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi ini dapat menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam mengatur emosinya. Akibatnya, anak menjadi lebih mudah marah, cemas dan agresif.

   3. Kurang memberikan stimulasi kognitif

Semakin baik perkembangan kognitif, maka semakin baik perkembangan sosial dan emosinya. Sedangkan perkembangan kognitif yang terhambat pada anak, dapat menyebabkan anak kesulitan dalam memecahkan masalah atau berinteraksi dengan orang lain. Ini dapat terjadi jika orangtua jarang mengajak anak berbicara, bermain secara edukatif, atau membimbing anak dalam memahami dunia sekitarnya. oleh karena itu, orangtua perlu memberikan stimulasi kognitif agar berkembang optimal dan mencegah perilaku agresif pada anak berkembang lebih parah.

Kesimpulan

Pola asuh sangat berperan dalam membentuk perilaku agresif pada anak. Sikap dan pola asuh orang tua yang baik dapat membantu anak mengatur emosi dan mencegah kemunculan perilaku agresif, sementara pola asuh yang kurang efektif dapat memicu masalah perilaku di kemudian hari. Perilaku agresif pada anak dapat dicegah jika orang tua membimbing anak untuk merenungkan tindakan mereka dan memahami konsekuensinya melalui reflective practice (melatih anak berpikir tentang apa yang mereka lakukan dan bagaimana cara melakukannya dengan baik). Oleh karena itu, mulai dari sekarang Ayah dan Bunda bisa lebih sering memiliki waktu yang berkualitas untuk mengajak anak bercerita mengenai apa yang sedang mereka rasakan dan terus memberikan dukungan emosional.

Baca Juga : Mengapa Anak Disleksia Mudah Lupa? Ketahui Disini!

Di klinik tumbuh kembang anak Niumiu yang berlokasi di Cirebon Jawa barat. Tersedia layanan psikolog anak dan juga berbagai layanan terapi untuk membantu tumbuh kembang anak lebih optimal. Jika Ayah dan Bunda ingin berkonsultasi atau memeriksakan si kecil, Ayah dan Bunda bisa datang langsung ke klinik Niumiu. Di Klinik Niumiu juga menyediakan layanan telekonseling tumbuh kembang bersama dokter, psikolog, dan terapis profesional. Ayah Bunda bisa melakukan konsultasi di rumah atau dimana saja, dengan mencoba telekonseling bersama HaloNiu. Dimanapun dan kapanpun dengan lebih nyaman, hemat, praktis, dan tetap bisa mendapatkan bantuan profesional.

Untuk konsultasi dan informasi lebih lanjut Hubungi :
Klinik Tumbuh Kembang Anak Niumiu
No. WhatsApp 0821-2082-3522 / Klik WA Disini

 

 

Ditulis oleh : Feslika Rezki Yudiyasiwi, M.Psi. 22 Maret 2025

Referensi :
Davies, P. T., Thompson, M. J., Hentges, R. F., Coe, J. L., & Sturge-Apple, M. L. (2020). Children’s attentional biases to emotions as sources of variability in their vulnerability to interparental conflict. Developmental Psychology, 56(7), 1343.
Hentges, R. F., Davies, P. T., & Cicchetti, D. (2015). Temperament and interparental conflict: The role of negative emotionality in predicting child behavioral problems. Child Development, 86(5), 1333–1350.
Kodak, R. N., & Güzel, H. Ş. (2024). Aggression among preschool children within the framework of temperament, attachment and parental attitudes. Psikiyatride Güncel Yaklaşımlar, 16(1), 48–57.
Padilla, C. M., Hines, C. T., & Ryan, R. M. (2020). Infant temperament, parenting and behavior problems: Variation by parental education and income. Journal of Applied Developmental Psychology, 70, 101179.
Pu, D. F., & Rodriguez, C. M. (2021). Spillover and crossover effects: Mothers’ and fathers’ intimate partner violence, parent-child aggression risk, and child behavior problems. Child Maltreatment, 26(4), 420–430.
Share Via :
Scroll to Top