reinforcement positif

Penerapan Reinforcement Positif dalam Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

 Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang memiliki keterbatasan dalam hal fisik, mental, maupun perilaku sosial. Yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia dengannya. Kondisi tersebut dapat mencakup berbagai kategori seperti gangguan perkembangan, kesulitan belajar, keterlambatan bicara, serta cacat secara fisik.  Anak-anak berkebutuhan khusus yang memiliki keterbatasan baik secara fisik, psikologis, kognitif, dan sosial. Mereka seringkali mengalami hambatan yang bersifat kompleks dalam mencapai suatu tujuan, kebutuhan dan potensi yang maksimal.

Hambatan  yang dialami anak berkebutuhan khusus sering kali membuat mereka merasa frustasi dan kehilangan motivasi dalam belajar. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam mengenai anak berkebutuhan khusus sangat penting untuk menciptakan intervensi yang tepat dan efektif dalam membantu mereka dalam mengembangkan potensinya. Melalui pemberian intervensi yang tepat akan membantu anak dalam mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, motivasi merupakan faktor penting dalam proses pembelajaran anak berkebutuhan khusus.

Memahami Reinforcement Positif

Reinforcement atau penguatan positif merupakan salah satu strategi yang efektif dalam meningkatkan motivasi belajar dengan memberikan penguatan setiap kali anak mencapai target tertentu, sehingga anak akan lebih terdorong untuk terus belajar dan mengulang perilaku yang ditargetkan. Artikel ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai penerapan reinforcement positif dalam pembelajaran anak berkebutuhan khusus. Dengan pemahaman yang lebih baik, diharapkan mampu memberikan dukungan yang optimal bagi anak berkebutuhan khusus dalam mencapai potensinya

Perilaku yang mendapatkan penguatan cenderung akan terulang kembali, sedangkan perilaku yang tidak diperkuat cenderung melemah atau menghilang. Reinforcement positif adalah salah satu teknik modifikasi perilaku yang bertujuan membentuk perilaku dengan memberikan penguatan segera setelah perilaku positif yang diinginkan terjadi. Pembentukan suatu pola tingkah laku dengan memberikan penguat atau reinforcement positif segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul adalah suatu cara yang ampuh untuk mengubah tingkah laku.

Penguatan positif paling sering diterapkan dalam manajemen perilaku anak berkebutuhan khusus. Dalam proses pembelajaran, intervensi yang bersifat positif atau memberikan pengalaman menyenangkan lebih sering digunakan. Karena pendekatan aversif dapat memunculkan masalah lain ketika berupaya membentuk perilaku baru. Melalui reinforcement positif, anak berkebutuhan khusus mendapatkan umpan balik yang jelas tentang perilaku yang diinginkan serta dapat meningkatkan motivasi untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran.

Terdapat berbagai jenis reinforcement positif diantaranya yaitu social reinfocers (penguat sosial) seperti anggukan, senyuman, tepuk tangan, pujian, atau ucapan terima kasih. Selain itu, terdapat activity reinfocers (penguat aktivitas) yaitu kegiatan yang disukai anak, serta tangible reinforcers yaitu penguat berupa benda nyata seperti mainan atau makanan.

Penerapan Reinforcement Positif

Dalam proses pembelajaran, reinforcement positif dapat diterapkan dalam berbagai situasi seperti ketika anak berhasil mengikuti instruksi yang diberikan, ketika anak berhasil menyelesaikan tugas, atau ketika anak menunjukkan perilaku yang diharapkan. Berikut adalah beberapa langkah dalam menerapkan reinforcement positif secara efektif:

  1. Identifikasi perilaku yang ditargetkan: langkah awal untuk menerapkan reinforcement adalah menentukan perilaku spesifik yang ingin dikuatkan, seperti target perilaku duduk dengan tenang selama pelajaran.
  1. Berikan reinforcement segera setelah perilaku terjadi: Penguatan positif harus segera diberikan setelah anak menunjukkan perilaku yang diinginkan agar anak dapat mengaitkan perilaku tersebut dengan penguatan yang diterima sehingga. Seperti setelah anak dapat duduk tenang dalam target waktu tertentu, maka langsung diberikan reinforcement seperti pujian atau hal-hal yang disukai anak.
  2. Variasi dalam jenis reinforcement: Selain pujian verbal, reinforcement dalam diberikan dalam bentu token ekonomi (misalnya pemberian stiker atau bintang), waktu bermain tambahan, atau aktivitas pilihan sebagai reinforcement. Variasi ini penting agar anak tidak bosan dan tetap termotivasi.
  3. Sesuaikan reinforcement dengan kebutuhan anak: Setiap anak memiliki preferensi yang berbeda. Sebagian anak mungkin lebih termotivasi dengan pujian verbal, sementara yang lain lebih menyukai hadiah berupa benda atau kesempatan untuk terlibat dalam aktivitas yang mereka sukai.

Baca Juga : Tahapan Dasar Meningkatkan Sense Of Number Pada Anak

Kesimpulan

Dalam menerapkan reinforcement positif di rumah, orang tua memainkan peran penting sehingga anak berkebutuhan khusus memerlukan konsistensi antara lingkungan sekolah atau terapi dan di rumah agar reinforcement positif dapat berfungsi secara optimal. Beberapa cara yang dapat Ayah Bunda lakukan di rumah yaitu memberikan penguatan atau reward atas perilaku baik yang ditunjukkan di rumah, menggunakan penguatan dalam aktivitas sehari-hari, seperti memberikan waktu tambahan untuk bermain setelah anak mengikuti rutinitas harian dengan baik. Selain itu, memastikan bahwa penghargaan yang diberikan sesuai dengan minat anak, agar reinforcement menjadi lebih bermakna bagi mereka.

Ditulis oleh : Dini Yulihayati, S.Psi. 20 Mei 2025

Referensi

Masruroh, H. (2022). Teknik Reinforcement Untuk Meningkatkan Motivasi Pada Anak Tunagrahita Yang Mengalami Kesulitan (Dyscalculia Learning) Di Sekolah Luar Biasa Negeri Banjarnegara. Studia Religia : Jurnal Pemikiran Dan Pendidikan Islam, 6(1), 10–28. https://doi.org/10.30651/sr.v6i1.13173

Purba, R. T., & Putri, A. P. D. (2023). Pengaruh Penguatan Positif Terhadap Sikap Perhatian Murid Kelas Satu Sekolah Dasar. Aletheia Christian Educators Journal, 4(2), 53–60. https://doi.org/10.9744/aletheia.4.2.53-60

Rasa, M., Diri, P., Didik, P., Melalui, A., & Shaping, T. (n.d.). Membangun rasa percaya diri peserta didik autis melalui teknik shaping. 1–8.

Rumfola, L. (2017). Positive reinforcement positively helps students in the classroom. Education and Human Development, 5, 786.

Saputri, M. A., Widianti, N., Lestari, S. A., & Hasanah, U. (2023). Ragam Anak Berkebutuhan Khusus. Childhood Education. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(1), 38–53.

Share Via :
Scroll to Top