mengembangkan potensi pada anak

Bermain Berkualitas Untuk Mengembangkan Potensi Pada Anak

Akhir-akhir ini, banyak sekali anak-anak usia dini yang sudah mengenal dan menggunakan gadget tanpa pendampingan dari orangtua. Terdapat fitur-fitur menarik sehingga anak dapat memainkan gadget dalam waktu yang lama. Tanpa orangtua sadari, bahwa perilaku bermain gadget sudah menjadi kebiasaan dan membiarkan anak bermain dalam waktu lama. Pola kebiasaan ini akhirnya membentuk suatu perilaku yang dapat berdampak buruk untuk perkembangan anak terutama pada aspek komunikasi dan interaksi sosialnya. Maka dari itu Ayah Bunda tentu bisa menerapkan beberapa kebiasaan atau kegiatan yang baik dan berkualitas, hal tersebut dilakukan untuk mengembangkan potensi pada anak. Salah satunya dengan kegiatan bermain yang berkualitas.

Menurut teori perkembangan psikosial, usia dini dianggap sebagai usia bermain pada anak (Play Age) sekitar usia 0-6 tahun. Pada fase bermain ini, anak didorong untuk mengembangkan kemampuan adaptasi, komunikasi dan interaksi sosial melalui permainan. Melalui proses bermain, anak akan belajar berkreasi, memecahkan masalah, menumbuhkan keberanian, rasa percaya diri dan membangun kemampuan kerja sama dengan teman. Mengacu pada teori perkembangan kognitif dari Piaget, bermain dapat didefinisikan sebagai proses asimilasi. Asimilasi ini merupakan proses dimana anak mengintegrasikan pengalaman baru dalam skema yang sudah dimilikinya. Jadi, bermain adalah cara anak untuk mengulang dan menegaskan pemahaman yang sudah mereka miliki ketika mengadapi jenis permainan yang dilakukan dan mengembangkan kemampuan kognitif mereka sesuai usianya.  

Tahapan Perkembangan Bermain

Oleh karena itu, untuk mengurangi pola kebiasaan perilaku bermain gadget yang sudah mengakibatkan dampak negatif pada anak, maka orangtua dapat perlu mengajak anak bermain tetapi berkualitas.

Berdasarkan Usia

Berikut, terdapat beberapa tahapan perkembangan bermain pada anak berdasarkan usia yang dapat dilakukan bersama anak di rumah, yaitu :

  1. Exploration Play (0 – 2 tahun)

Pada usia ini, anak mulai banyak bergerak, mendekati atau menunjuk sesuatu. Hal itu dipengaruhi oleh rasa ingin tahu yang tinggi sehingga mendorong anak bergerak dan menjelajahi sekelilingnya.

  1. Competency Play (3 – 6 tahun)

Pada usia ini anak mulai menunjukkan kompetensi atau kemampuannya sesuai dengan tingkatan usia. Misalnya mulai terampil dalam meniru aktifitas orang lain ketika sedang bermain.

  1. Achievement Play (7 – 10 tahun)

Pada tahap ini, anak mulai menunjukkan sifat kompetitif saat sedang bermain karena kebutuhan untuk menunjukkan prestasi.

Berdasarkan Teori Perkembangan Kognitif

Terdapat juga beberapa tahap perkembangan bermain menurut teori perkembangan kognitif dari Jean Piaget:

  1. Tahap sensorimotorik (usia 0-2 tahun)

Pada fase ini, anak mengeksplorasi mainan dengan kelima indra, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan pengecap. Tahap ini anak memahami sesuatu dengan pengalaman langsung secara fisik. Sehingga, fokus utama mereka pada tahap ini adalah tubuh mereka sendiri dan benda di sekiar mereka. Seperti, anak memasukkan benda ke mulut, menyentuh berbagai tekstur, mendengarkan suara mainan dan melihat gerakan benda.  

  1. Tahap praoperasional (usia 2-7 tahun)

Pada tahap ini anak mulai memahami bahwa setiap objek memiliki nama sehingga mulai mengasosiasikan benda dengan kata-kata. Selain itu, anak ulai bermain imajinatif atau berpura-pura (pretend play). Kemampuan ini mengajarkan anak belahar tentang hubungan sosial, peran dan peristiwa. Kemudian, pada tahap ini juga anak mulai berpikir berdasarkan intuisi dan egosentris daripada logika.

  1. Tahap Operasional Konkret (usia 7-11 tahun)

Pada tahap ini, anak mulai bisa berpikir secara logis dan sistematis namun terbatas pada hal yang bersifat konkret (dapat dilihat dan dialami langsung). Anak mulai memahami konsep sebab-akibat, klasifikasi, urutan dan konservasi. Anak mulai menyukai permainan dengan aturan yang jelas seperti catur, monopoli atau bermain kelompok). Tahap ini, mereka mulai bermain untuk menjalin hubungan sosial, diterima oleh kelompok sebaya, belajar kerjasama dan negosiasi.

  1. Tahap Operasional Formal (usia 12 tahun ke atas)

Pada tahap ini, anak mulai dapat berpikir secara abstrak dan hipotetis. Anak mulai memahami konsep kompleks seperti keadilan, etika, moral dan masa depan. Sehingga, pada tahap ini anak mulai tertarik pada permainan kompetitif dan kompleks. Misalnya, olahraga, games yang penuh strategi, permainan dengan aturan yang rumit dan penuh perencanaan. Melalui kegiatan bermain ini anak menjadi lebih mandiri dan kritis dalam berpikir sehingga tidak selalu membutuhkan arahan dari orang dewasa.

Baca Juga : Penerapan Reinforcement Positif dalam Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Penutup

Ayah Bunda, Melalui kegiatan bermain yang berkualitas, maka anak dapat mengembangkan banyak potensinya bahkan di semua aspek perkembangan seperti aspek kognitif, emosi, perilaku dan sosial. Untuk itu kita sebagai orang tua harus bisa memaksimalkan hal tersebut agar potensi anak dapat berkembang dengan baik. Dengan memberikan fasilitas dan media bermain yang berkualitas, serta menemani mereka saat bermain tentunya akan sangat membantu perkembangan anak. Hal itu tentu demi mengembangkan potensi pada anak.

Ditulis oleh : Feslika Rezki Yudiyasiwi, S.Psi., M.Psi., Psikolog. 22 Mei 2025

Referensi :

Al-Ayouby, M. H. (2017). Dampak penggunaan gadget pada anak usia dini (Studi di PAUD dan TK. Handayani Bandar Lampung).

Glaveanu, V. P. (2019). The creativity reader. Oxford University Press.

Takhvar, M. (1988). Play and theories of play: A review of the literature. Early Child Development and Care, 39(1), 221–244. https://doi.org/10.1080/0300443880390117

Share Via :
Scroll to Top