Apakah Ayah Bunda pernah mendengar mengenai “Stimming”? Stimming atau Self-Stimulatory Behavior merupakan perilaku berulang dan terbatas yang merupakan bagian dari Restricted and Repetitive Behavior. Stimming merupakan serangkaian perilaku berulang yang sering dijumpai pada anak-anak penyandang autis atau autism spectrum disorder. Sederhananya Stimming pada anak dengan autisme adalah perilaku repetitif seperti melambaikan tangan, mengayun tubuh, atau mengulang kata-kata tertentu. Dimana perilaku ini berfungsi sebagai mekanisme pengatur diri untuk mengelola emosi dan pengalaman sensorik.
American Psychiatric Association (2013) menyebutkan bahwa ciri dari anak dengan penyandang autisme dapat dilihat dengan perilaku terbatas dan berulang dimana stimming termasuk dalam bagiannya. Bentuk perilaku stimming ini biasanya berupa pengulangan gerakan motorik tertentu, rigid pada suatu objek ataupun pengulangan vokal yang dilakukan tanpa tujuan ataupun konteks. Namun untuk perilaku stimming sendiri tidak hanya muncul pada anak ASD saja, melainkan bisa terjadi pada anak yang memiliki gangguan intelektual, ADHD, ataupun anak yang memiliki gangguan neurologis lain.
Penyebab Stimming
Ayah Bunda, berikut adalah beberapa penyebab utama stimming pada anak dengan autisme :
- Pengolahan Sensorik yang Berbeda
Anak dengan autisme sering mengalami gangguan dalam pengolahan sensorik, baik hipersensitivitas (kelebihan respons terhadap rangsangan) maupun hiposensitivitas (kurang respons). Stimming membantu mereka mengatur input sensorik yang berlebihan atau kekurangan, seperti menutup telinga saat suara keras atau mengayunkan tubuh untuk merasakan gerakan.
- Regulasi Emosional
Stimming berfungsi untuk menenangkan diri saat menghadapi stres, kecemasan, atau kegembiraan. Perilaku ini memberikan rasa kontrol dan kenyamanan dalam situasi yang membingungkan atau menegangkan.
- Keterbatasan Komunikasi
Bagi beberapa anak dengan autisme yang memiliki keterbatasan bahasa, stimming dapat menjadi bentuk ekspresi diri atau komunikasi non-verbal untuk menyampaikan perasaan atau kebutuhan.
- Kebutuhan untuk Fokus atau Konsentrasi
Perilaku repetitif dapat membantu anak dengan autisme untuk fokus atau mengurangi gangguan dari lingkungan sekitar, sehingga mereka dapat berkonsentrasi lebih baik pada aktivitas tertentu.
Penyebab stimming pada anak dengan penyandang autisme biasanya dilakukan dengan tujuan yang berbeda, seperti ingin merasakan sensorik, adaptasi dengan lingkungan baru, mengurangi perasaan tidak nyaman, merasa cemas, meminta atensi, dan mengekspresikan rasa senangnya (Pratisti dan Sastriya, 2023).
Baca Juga : Mengenal Fungsi Eksekutif pada Anak
Karakteristik Perilaku Stimming
Karakteristik perilaku stimming yang merupakan perilaku terbatas dan berulang mencakup beberapa wilayah diantaranya adalah:
- Fokus dan dedikasi terhadap suatu minat, contohnya adalah minat yang mendalam terhadap salah satu hobi, benda, atau mainan.
- Tindakan atau perilaku yang berulang, pola bermain ataupun bicaranya, hal ini bisa berbentuk flapping, clapping, jumping, spinning, echolalia, menata mainan dalam satu baris dan perilaku khas lainnya.
- Kurang atau bisa sangat sensitif terhadap suatu sensori, hal ini bisa terlihat ketika anak memiliki kepekaan terhadap cahaya, suara, sentuhan atau tekstur, kemudian rangsangan untuk mencari suatu sensorik.
- Kesulitan mengatur atau mengendalikan emosinya, sehingga perilaku ini seringkali bisa menyakiti dirinya sendiri.
Perlukah perilaku stimming dihentikan?
Beberapa perilaku stimming ini muncul karena beberapa faktor, namun setiap perilaku yang muncul tersebut tidak semuanya perlu dihentikan. Ketika perilaku ini sudah mengarah pada melukai dirinya sendiri, maka perlu dilakukannya blocking (teknik yang digunakan untuk menghentikan atau mencegah perilaku tertentu secara fisik atau lingkungan sebelum atau saat terjadi) untuk menghentikan perilaku tersebut. Kemudian jika perilakunya sudah menghambat pembelajaran dan interaksi sosialnya, maka bisa diarahkan menjadi perilaku yang lebih fungsional.
Kesimpulan
Self stimulatory behavior (stimming) merupakan bagian dari restricted and repetitive behavior (aktivitas/kebiasaan yang terbatas dan berulang). Perilaku ini biasanya banyak dimiliki oleh individu penyandang autisme, namun bisa juga terjadi pada individu lain dengan gangguan neurologis lain. Beberapa faktor bisa memicu munculnya stimming, seperti kebutuhan sensori, merasa tidak nyaman dengan lingkungan baru, merasa cemas, merasa senang ataupun tanpa konteks tertentu. Stimming bisa berupa perilaku berulang, minat yang terbatas pada sesuatu, ataupun menginginkan suatu sensori tertentu. Hal ini tidak perlu semuanya dihilangkan, namun perlu diperhatikan juga ketika perilaku ini sudah merugikan dirinya sendiri dan orang lain, maka perlu dilakukan intervensi lebih lanjut oleh professional.
Baca Juga : Mengenal Gagap atau Stuttering pada Anak
Ditulis oleh : Ade Rahmi Handayani, S.Psi. 19 April 2025
Referensi
Autism speaks. Autism symptoms. Diakses pada 17 april 2025.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Sign and Symptoms of Autism Spectrum Disorder. Diakses 17 april 2025. https://www.cdc.gov/autism/signs-symptoms/index.html
National autistic society. What is Autism. diakses pada 17 april 2025, https://www.autism.org.uk/advice-and-guidance/what-is-autism
Joosten, A. V., & Bundy, A. C. (2010). Sensory processing and stereotypical and repetitive behaviour in children with autism and intellectual disability. Australian Occupational Therapy Journal, 57(6), 366–372. https://doi.org/10.1111/j.1440-1630.2009.00835.x
Wang, K. (2024). Autism and stimming. Child Mind Institute. https://childmind.org/article/autism-and-stimming/
Raising Children Network. (n.d.). Stimming: children & teens with autism. https://raisingchildren.net.au/autism/behaviour/common-concerns/stimming-asd
Sastriya, D., & Pratisti, W. D. (2023). Pengalaman guru dan orang tua dalam mengelola self stimulatory behavior (stimming) pada anak penyandang autis. Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam, 5(2), 225-227