Pernahkah Ayah Bunda bertanya-tanya mengapa ada anak yang bisa tetap fokus saat mengerjakan tugas, sementara yang lain mudah terdistraksi? Atau mengapa sebagian anak bisa mengatur waktu dan emosi dengan baik, sementara yang lain sering meledak-ledak? Ayah Bunda, untuk semua pertanyaan di atas jawabannya bisa jadi terletak pada fungsi eksekutif mereka.
Executive Function atau Fungsi Eksekutif sendiri merupakan kemampuan individu untuk memulai inisiatif, beradaptasi, mengatur, memantau, dan mengendalikan proses informasi dan perilaku. Sederhananya fungsi eksekutif adalah “manajer” di dalam otak kita yang mengatur cara kita berpikir, bertindak, dan merespons.
Komponen utama fungsi eksekutif
Ayah Bunda, terdapat tiga komponen inti dari fungsi eksekutif yaitu inhibition ,working memory, dan cognitive flexibility.
1). Inhibition
Komponen inti yang pertama dari fungsi eksekutif adalah inhibition, kemampuan untuk mengendalikan diri atau menahan impuls. Inhibition meliputi pengendalian diri (penghambatan perilaku), mengontrol diri dari gangguan,bertahan dari tindakan impulsif, menyeleksi perhatian (selective attention). Kontrol inhibisi melibatkan kemampuan untuk mengendalikan perhatian, perilaku, pikiran, dan emosi seseorang untuk menolak/mengesampingkan dorongan internal yang kuat ataupun iming-iming eksternal, melainkan melakukan apa yang lebih tepat atau diperlukan.
Tanpa kontrol inhibisi anak akan ada dibawah kendali dari impuls, melakukan kebiasan (respon terkondisi), dan rangsangan di lingkungan yang menariknya untuk bereaksi dengan cara tertentu. Dengan demikian, kontrol inhibisi memungkinkan anak untuk mengubah dan memilih bagaimana mereka bereaksi dan bagaimana mereka berperilaku.
2). Working memory
Komponen kedua adalah working memory (WM), kemampuan menyimpan informasi dalam pikiran dan kemudian menggunakannya atau dengan kata lain bekerja dengan menggunakan informasi yang belum lama diperoleh. Working memory ini sangat penting untuk membantu kita memahami apa yang terjadi dari waktu ke waktu. WM juga diperlukan untuk dapat memahami bahasa lisan maupun tulisan, baik berupa kalimat, paragraf ataupun tulisan yang lebih panjang. Mengerjakan soal-soal yang berhubungan dengan matematika dalam pikiran juga membutuhkan WM. Seperti menata ulang apa-apa saja yang harus dilakukan, menerjemahkan instruksi menjadi rencana aksi, menggabungkan informasi baru ke dalam pemikiran atau rencana aksi. Jadi sesuatu seperti penalaran tidak akan mungkin dilakukan tanpa Working memory.
Ayah Bunda, working memory sendiri berbeda dengan memori jangka pendek (short term memory/STM). Working memory menyimpan informasi dalam pikiran dan memanipulasinya, sedangkan STM hanya menyimpan informasi dalam pikiran.
3). Cognitive flexibility
Komponen ketiga adalah cognitive flexibility(CF) yang biasa disebut juga dengan set shifting. CF sendiri merupakan komponen yang berhubungan erat dengan berpikir kreatif, melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda, dan dengan cepat dan fleksibel beradaptasi dengan situasi yang berubah. Cognitive flexibility terdiri dari beberapa aspek, seperti mampu mengubah perspektif secara spasial (misalnya melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda), serta kemampuan mengubah cara berpikir tentang sesuatu (thinking outside the box).
Baca Juga : Gejala dan Tanda Gangguan Perilaku pada Anak
Mengapa fungsi eksekutif penting untuk anak?
Ayah Bunda, fungsi eksekutif bukan hanya tentang keberhasilan akademis, tapi juga tentang bagaimana anak berinteraksi dengan lingkungannya. Anak dengan fungsi eksekutif yang baik cenderung:
- Lebih mudah mengikuti instruksi di sekolah.
- Mampu menyelesaikan tugas tanpa terlalu banyak bantuan.
- Bisa menunda kepuasan (self-control) demi hasil yang lebih baik.
- Lebih mampu bersosialisasi karena bisa mengatur emosi dan membaca situasi sosial.
Sebaliknya, anak dengan fungsi eksekutif yang belum berkembang optimal bisa mengalami kesulitan seperti:
- Sering lupa membawa tugas sekolah.
- Sulit fokus dalam waktu lama.
- Cepat frustrasi jika rencana tidak berjalan sesuai harapan.
- Sulit menyesuaikan diri dalam perubahan.
Fungsi eksekutif mulai berkembang sejak anak usia dini, bahkan sejak balita, dan terus matang hingga usia sekitar 25 tahun. Perkembangan tercepat biasanya terjadi di usia prasekolah hingga masa remaja awal. Maka dari itu, usia anak-anak adalah masa emas untuk melatih dan mengembangkan kemampuan ini.
Bagaimana cara melatih fungsi eksekutif?
Ayah Bunda, ada kabar baiknya loh. Fungsi eksekutif bisa dilatih! Berikut beberapa cara sederhana namun efektif yang bisa Ayah Bunda lakukan untuk melatih fungsi eksekutif anak :
- Bermain permainan strategi – seperti catur, puzzle, atau board game lain yang melatih fokus dan perencanaan.
- Memberikan rutinitas – bantu anak belajar merencanakan dan mematuhi struktur harian/daily routines.
- Mengajak anak menyelesaikan masalah – libatkan anak dalam diskusi kecil untuk mengambil keputusan. Seperti memilih aktivitas akhir pekan, memilih pakaian mana yang harus dikenakan.
- Melatih kesabaran dan kontrol diri – bantu anak dalam melatih kesabaran dan kontrol diri, seperti saat mereka kesulitan mengerjakan soal-soal matematika.
- Memberikan contoh – anak belajar dari orang tua. Tunjukkan cara Ayah Bunda mengelola waktu, emosi, dan tugas-tugas atau kegiatan.
Baca Juga : 9 Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
Kesimpulan
Peran orang tua dan guru sangat besar dalam membentuk fungsi eksekutif anak. Lingkungan yang suportif, sabar, dan konsisten bisa membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan tangguh. Ayah Bunda, alih-alih langsung memarahi saat anak lupa mengerjakan sesuatu seperti tugas sekolah, lebih baik bantu mereka membuat sistem pengingat. Perubahan memang tidak terjadi secara instan, tapi dengan latihan dan dukungan, kemampuan ini bisa berkembang dengan pesat.
Fungsi eksekutif adalah fondasi penting dalam kehidupan anak. Baik untuk belajar, bersosialisasi, maupun menghadapi tantangan hidup. Memahaminya membuat kita bisa lebih sabar, lebih bijak, dan lebih efektif dalam mendampingi tumbuh kembang anak. Ayah Bunda juga harus ingat, bukan hanya nilai di rapor yang penting, tapi juga bagaimana anak mengelola pikirannya, emosinya, dan tindakannya. Karena di situlah letak kesuksesan jangka panjang dan masa depan yang cerah untuk anak.
Ditulis oleh : Aida Noor Lathifah, S. Pd. 16 April 2025
Referensi
Diamond, A. (2013). Executive functions. Annual Review of Psychology, 64, 135–168.
Diamond, A., Kirkham, N., & Amso, D. (2002). Conditions under which young children can hold two rules in mind and inhibit a prepotent response. Developmental Psychology, 38 (3), 352.
Diamond, A., & Lee, K. (2011). Interventions shown to aid executive function development in children 4 to 12 years old. Science, 333(6045), 959–964.
Eldreth, D. A., Patterson, M. D., Porcelli, A. J., Biswal, B. B., Rebbechi, D., & Rypma, B. (2006). Evidence for multiple manipulation processes in prefrontal cortex. Brain Research, 1123(1), 145–156.