Apakah Ayah Bunda tahu apa itu Disabilitas Intelektual? Disabilitas Intelektual adalah suatu keterbatasan, baik secara intelektual maupun bersosialisasi yang dapat mengurangi kemampuan respon anak. Sebuah penelitian yang dimuat Research in Developmental Disabilities, mengungkapkan bahwa Disabilitas Intelektual dialami sekitar satu persen populasi di dunia. Kondisi ini dua kali lebih banyak dialami anak-anak di negara berkembang dibandingkan negara maju. Ayah Bunda juga harus tahu bahwa anak dengan Disabilitas Intelektual menunjukkan gejala yang khas. Pada artikel ini kita akan membahas mengenai gejala Disabilitas Intelektual pada anak.
Pemeriksaan
Untuk mengetahui anak mengidap Disabilitas Intelektual, sejumlah pemeriksaan bisa dilakukan. Pemeriksaan yang dimaksud, antara lain observasi, wawancara, tes psikologi, dan pemeriksaan fisik oleh dokter atau psikolog. Ayah dan Bunda harus kooperatif memberikan informasi mengenai kondisi anak. Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan penanganan dan pengasuhan anak penyandang Disabilitas Intelektual. Gejala disabilitas intelektual dapat dilihat dari fungsi kognitif dan sosial anak.
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fifth Edition, Disabilitas Intelektual terjadi pada periode tumbuh kembang si kecil. Hal ini ditandai dengan adanya defisit (keterbatasan) fungsi intelektual maupun sosial anak. Salah satu cara mengetahui anak memiliki Disabilitas Intelektual adalah dengan menjalani tes IQ bersama psikolog. Menurut American Psychological Association (APA), anak dengan skor IQ di bawah 70 masuk kategori disabilitas intelektual.
Tingkat keparahan disabilitas intelektual bisa dibedakan berdasarkan skor IQ yang diperoleh, antara lain:
- Disabilitas intelektual ringan memiliki skor IQ 50-69
- Disabilitas intelektual sedang memiliki skor IQ 35-49
- Disabilitas intelektual berat memiliki skor IQ 20-34
- Disabilitas intelektual sangat berat memiliki skor IQ < 20
Keterbatasan Fungsi Adaptif
Gejala disabilitas intelektual berikutnya adalah anak memiliki keterbatasan fungsi adaptif (beradaptasi dengan lingkungan sosial). Setiap anak memiliki gejala yang bervariasi sehingga diperlukan pengamatan dan pemeriksaan secara spesifik terhadap kehidupan sosial anak. Keterbatasan fungsi adaptif, antara lain:
1. Keterlambatan dalam Tumbuh Kembang
Anak dengan Disabilitas Intelektual mengalami keterlambatan tumbuh kembang motorik kasar di awal kehidupan. Hal ini menyebabkan si kecil terlambat duduk, merangkak, atau berjalan.
2. Memiliki Masalah dalam Bicara
Anak dengan Disabilitas Intelektual mengalami keterlambatan berbicara (speech delay). Kondisi ini juga menyebabkan si kecil tidak mampu memahami apa yang dikatakan orang lain di usia seharusnya.
3. Terlambat Menguasai Keterampilan Dasar
Anak Disabilitas Intelektual kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, seperti makan, minum, mandi, dan berpakaian.
4. Kesulitan Belajar
Keterbatasan intelektual memengaruhi kemampuan anak dalam memahami, mengingat, atau memecahkan masalah. Akibatnya, anak jadi kesulitan belajar.
5. Sulit Memahami Perilaku dan Konsekuensi
Anak dengan Disabilitas Intelektual sulit memahami norma, aturan sosial, dan etika. Mereka butuh waktu lebih lama untuk memahami konsekuensi dari sebuah perilaku.
6. Memiliki Masalah Perilaku
Keterbatasan anak dengan Disabilitas Intelektual dalam memahami norma atau tata krama menyebabkan perilaku mereka bermasalah. Anak jadi mengalami tantrum, agresif, dan punya kontrol emosi yang lemah.
Baca Juga : Bagaimana Cara Mengajarkan Anak Berkomunikasi?
Kesimpulan
Disabilitas Intelektual merupakan kondisi yang memengaruhi kemampuan anak dalam aspek intelektual dan sosial, sehingga berdampak pada berbagai aspek kehidupan mereka, mulai dari perkembangan motorik, kemampuan berkomunikasi, keterampilan dasar sehari-hari, hingga perilaku sosial. Diagnosis dini melalui observasi, tes IQ, dan pemeriksaan profesional sangat penting untuk memastikan penanganan yang tepat.
Ayah Bunda memiliki peran sentral dalam proses ini dengan memberikan informasi yang jujur dan terbuka demi mendukung tumbuh kembang anak secara optimal. Karena setiap anak memiliki gejala yang berbeda, pendekatan yang dilakukan pun harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Dengan pemahaman yang baik, dukungan lingkungan, serta intervensi yang tepat, anak dengan Disabilitas Intelektual tetap dapat berkembang dan mencapai potensi terbaiknya.
Untuk konsultasi dan informasi lebih lanjut Hubungi :
Klinik Tumbuh Kembang Anak Niumiu
No. WhatsApp 0821-2082-3522 / Klik WA Disini
Ditulis Oleh : Dhyan Lhola, S.Psi. 31 Mei 2025
Referensi :
- APA. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorders: DSM-5TM, 5th ed. In
- Diagnostic and statistical manual of mental disorders: DSM-5TM, 5th ed. American Psychiatric Publishing, Inc. https://doi.org/10.1176/appi.books.9780890425596 Baihaqi, M. (2016). Pengantar Psikologi Kognitif. Refika Aditam.
- Research in Developmental Disabilities (Maulik, Pallab & Mascarenhas, Maya & Mathers, Colin & Dua, Tarun & Saxena, Shekhar.) Diakses 2022. Prevalence of intellectual disability: A meta-analysis of population-based studies.
- Azzahra, A, F. (2020). Efforts to Equitable Education for Children with Intellectual Disabilities as an Alternative to Overcoming Social Problems in Children. Journal of Creativity Student. 5(1), 65-86 .
- Lichtenstein, P., Tideman, M., Sullivan, P., Serlachius, e., Larasson, H., Kuja, R & Butwicka, A. (2022). Familial risk and heritability of intellectual disability: apopulation-based cohort study in Sweden.Journal of Child Psychology and Psychiatry. 63(9), 1092-1102.