anak asd autis yang sedang belajar di kelas

Strategi Pembelajaran Di Sekolah Untuk Anak ASD

Anak ASD (autism spectrum disorder) merupakan anak-anak berkebutuhan khusus yang sebetulnya sulit masuk di sekolah umum (regular), kecuali dengan kondisi ringan (mild). Seperti kita ketahui, kondisi autism memiliki spektrum yang luas, terentang dari yang paling ringan hingga berat dengan berbagai hambatan perkembangan seperti komunikasi verbal dan nonverbal, interaksi sosial, permainan imajinatif atau kreatif dan pemrosesan sensorik. Lalu bagaimana strategi pembelajaran di kelas untuk anak ASD? Simak penjelasannya disini.
Diperkirakan hanya 12% siswa ASD yang terlibat penuh dalam pembelajaran di sekolah-sekolah umum. Biasanya, karakteristik siswa yang memiliki kondisi spektrum autisme, seperti minimnya kemampuan komunikasi dua arah, kemampuan sosialisasi yang buruk, dan perilakunya yang kaku dan cenderung tidak biasa, sering menempatkan mereka di situasi yang sulit untuk mengikuti pembelajaran di kelas. Akibatnya siswa ASD rentan mengalami kegagalan dalam belajar dan akan berdampak pada pengalaman mereka di sekolah, seperti :

  • Mengalami kesulitan memahami atau mengomunikasikan kebutuhan mereka kepada guru dan sesama siswa.
  • Kesulitan memahami beberapa arahan dan instruksi kelas, bersama dengan isyarat vokal dan wajah guru yang samar.
  • Interaksi sosial yang tidak tepat dapat menyebabkan perilaku maladaptif, perundungan, dan pengucilan.
  • Kesulitan dengan permainan imajinatif atau kreatif menghambat interaksi dengan anak-anak lain dan berarti bahwa banyak strategi pengajaran tidak akan
    efektif.
  • Masalah sensorik berarti seorang siswa mungkin tidak dapat mengatasi lingkungan yang bising, disentuh oleh orang lain, atau mempertahankan kontak mata.

Baca Juga : Pentingnya Bermain Bagi Tumbuh Kembang Anak

Berikut beberapa strategi dasar pembelajaran di sekolah untuk mengatasi beberapa kesulitan tersebut :

1. Alat bantu visual

Beberapa siswa belajar lebih efektif dengan alat bantu visual karena mereka lebih mampu memahami materi yang disajikan secara visual. Buatlah, jadwal visual (visual schedule), karena dengan hal ini memungkinkan siswa untuk melihat secara konkret kegiatan apa yang akan dilakukan sepanjang hari, sehingga mereka tahu apa yang harus dipersiapkan dan kegiatan apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Beberapa anak autis mengalami kesulitan berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan berikutnya, jadi jadwal visual ini dapat membantu mengurangi stress.

2. Struktur dan rutinitas

Adanya jadwal yang rutin dan langkah-langkah kegiatan yang jelas kepada anak dapat mengatasi kesulitan anak ASD dalam menghadapi lingkungan yang kacau dan tidak terduga.

3. Mengerjakan tugas secara berpasangan

Penelitian telah menunjukkan bahwa bekerja berpasangan dapat bermanfaat dalam mengajar anak autis. Dengan memfasilitasi interaksi dengan teman sebaya, guru dapat membantu siswa-siswa ini berteman, yang pada gilirannya dapat membantu mereka mengatasi masalah sosial. Hal ini dapat membantu mereka untuk menjadi lebih terintegrasi ke dalam lingkungan kelas utama.

4. Guru Pendamping Khusus ABK

Guru pendamping tersebut dapat memberikan arahan yang lebih rinci yang mungkin tidak sempat dijelaskan oleh guru kepada anak autis. Membantu anak tersebut untuk tetap berada pada tingkat yang setara dengan siswa lainnya di kelas melalui instruksi khusus satu lawan satu. Namun, beberapa orang berpendapat bahwa siswa bisa jadi terlalu tergantung kepada guru pendamping, sehingga menyebabkan kesulitan dalam kemandirian di kemudian hari.

5. Mengurangi kecemasan di kelas

Siswa dengan Gangguan Spektrum Autisme terkadang memiliki tingkat kecemasan dan stres yang tinggi, terutama di lingkungan sosial seperti sekolah. Maka dari itu guru harus bisa mengurangi kecemasan anak di dalam kelas, dengan cara seperti : Mempersiapkan siswa untuk menghadapi situasi baru, seperti melalui penulisan cerita sosial, dapat menurunkan kecemasan. Serta Mengajarkan konsep sosial dan regulasi emosi menggunakan pendekatan pengajaran sistematis seperti The Incredible 5-Point Scale atau strategi perilaku kognitif lainnya dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk mengendalikan reaksi perilaku yang berlebihan.

Itulah beberapa cara dan strategi pembelajaran di dalam sekolah yang bisa Ayah Bunda lakukan. Untuk berbagai informasi mengenai anak dengan ASD, Ayah Bunda bisa lansung berkonsultasi dengan ahlinya seperti, dokter spesialis anak dan terapis tumbuh kembang. di Klinik Niumiu sendiri menyediakan layanan telekonseling tumbuh kembang. Jika Ayah Bunda ingin melakukan konsultasi melalui rumah, coba telekonseling bersama HaloNiu. Dimanapun dan kapanpun dengan lebih nyaman, praktis, dan tetap bisa mendapatkan bantuan profesional.

Untuk konsultasi dan informasi lebih lanjut Hubungi :
Klinik Tumbuh Kembang Anak Niumiu
No. WhatsApp 0821-2082-3522 / Klik WA Disini

 

 

Ditulis oleh : Anandistya Nur Safira, S.Psi. 7 Maret 2025

Referensi :
Buron, K. D., & Curtis, M. (2003). The incredible 5‐point scale: Assisting students with autism spectrum disorders in understanding social interactions and controlling their emotions responses. Shawnee Mission, KS: Autism Asperger Publishing Company
Bellini, S. (2007). The collective outcomes of school-based social skill interventions for children on the autism spectrum. The Reporter, 12(3), 1-3. Retrieved from The-Collective-Outcomes-of-School-Based-Social-Skill-Interventions-for-Children-on-the-Autism-Spectrum.
Visual Schedules: How and why to use them in the classroom. Retrieved from http://www.education.com/reference/article/visual-schedule-classroom-autismASD/
Cohen, N.J, & Sloan, D.L. (2007). Visual supports for people with autism: A guide for parents & professionals. Bethesda, MD: Woodbine House Inc.
National Autism Center. (2015). Evidence-based practice and autism in the schools (2nd ed.). Randolph, MA: Author.
Share Via :
Scroll to Top