koherensi keluarga

Membangun Keluarga Tangguh Bersama Anak Berkebutuhan Khusus lewat Koherensi dan Resiliensi

Keluarga adalah fondasi utama dalam kehidupan setiap individu. Namun, ketika sebuah keluarga memiliki anak berkebutuhan khusus, tantangan yang dihadapi sering kali jauh lebih kompleks. Orang tua dan anggota keluarga lain berperan sebagai caregiver, pendamping, pengasuh, sekaligus sumber utama dukungan emosional bagi anak. Tugas ini tentu bukan hal yang mudah, karena dapat memunculkan tekanan baik secara fisik, emosional, sosial, maupun finansial.

Banyak keluarga menghadapi kesulitan dalam menjaga kesejahteraan fisik dan mental, menjaga keharmonisan pernikahan, mengelola keuangan, hingga membagi waktu untuk aktivitas pribadi. Jika tekanan ini tidak dikelola dengan baik, dapat menimbulkan dampak negatif seperti frustrasi, depresi, stres berkepanjangan, bahkan menurunnya kualitas hubungan antaranggota keluarga.

Ayah Bunda, di sinilah pentingnya koherensi keluarga dalam membangun resiliensi, yaitu kemampuan keluarga untuk bertahan, beradaptasi, dan bangkit dari situasi sulit.

Apa Itu Koherensi Keluarga?

Koherensi keluarga merupakan konsep yang menggambarkan seberapa kuat keluarga memahami, mengelola, dan memaknai setiap tantangan hidup yang dihadapi. Konsep ini terdiri dari tiga komponen penting: comprehensibility, meaningfulness, dan manageability.

1. Comprehensibility (Dapat Dipahami)

Ayah Bunda, komponen ini menggambarkan keyakinan keluarga bahwa setiap peristiwa atau tantangan hidup dapat dimengerti dan dijelaskan secara logis. Ketika keluarga mampu memahami situasi yang mereka hadapi, rasa panik atau ketidakpastian akan berkurang. Misalnya, orang tua yang memahami kondisi anak berkebutuhan khusus akan lebih mudah mencari solusi yang sesuai dibandingkan dengan keluarga yang masih bingung atau menyangkal kenyataan.

2. Meaningfulness (Makna dan Tujuan)

Makna adalah kekuatan emosional yang mendorong keluarga untuk tetap berjuang. Keluarga yang memiliki sense of meaning melihat tekanan bukan sebagai beban, melainkan sebagai tantangan yang berharga untuk dihadapi bersama. Mereka percaya bahwa perjuangan mendampingi anak berkebutuhan khusus adalah bagian penting dari perjalanan hidup yang memberi pelajaran dan makna mendalam.

3. Manageability (Kemampuan Mengelola)

Komponen ini berkaitan dengan seberapa baik keluarga memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mengatasi masalah. Sumber daya ini bisa berupa dukungan sosial dari teman dan keluarga besar, bantuan profesional seperti psikolog atau terapis, maupun strategi internal seperti komunikasi terbuka dan kerja sama antaranggota keluarga.

Mengapa Resiliensi Keluarga Itu Penting?

Keluarga yang tidak memiliki resiliensi cenderung menyikapi situasi sulit sebagai ancaman. Hal ini dapat menimbulkan stres berlebihan dan berdampak pada kesejahteraan seluruh anggota keluarga, termasuk anak. Sebaliknya, keluarga yang resilien mampu melihat kesulitan sebagai peluang untuk tumbuh dan belajar.

Keluarga yang resilien:

  • Lebih mudah menyesuaikan diri dengan perubahan.
  • Mampu memulihkan diri setelah mengalami tekanan.
  • Menjaga keharmonisan dan komunikasi yang sehat.
  • Mengambil keputusan yang lebih bijak dalam situasi sulit.

Dengan resiliensi yang kuat, keluarga tidak hanya bertahan dalam menghadapi tantangan, tetapi juga dapat berkembang menjadi lebih solid dan penuh kasih. Anak pun akan merasakan dampak positifnya, yaitu tumbuh dalam lingkungan yang stabil, penuh dukungan, dan penuh cinta.

Baca Juga : Membangun Perilaku Positif dan Rasa Percaya Diri Anak dengan Positive Reinforcement

Kesimpulan

Membangun koherensi keluarga adalah langkah penting dalam memperkuat resiliensi keluarga, terutama bagi keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Dengan memahami (comprehensibility), memberi makna (meaningfulness), dan mengelola situasi dengan baik (manageability), keluarga akan mampu menghadapi tantangan hidup dengan lebih positif. Ayah Bunda, keluarga yang kuat bukan berarti tidak pernah mengalami kesulitan, tetapi mereka selalu mampu bangkit bersama setelah badai datang. Karena pada akhirnya, kekuatan terbesar sebuah keluarga terletak pada kebersamaan, pengertian, dan cinta yang tidak pernah padam.

Referensi:

Meutiasari, M., Kinanthi, M. R., & Brebahama, A. (2020). Peran Koherensi Keluarga terhadap Resiliensi Keluarga yang Memiliki Anak Cerebral Palsy. Jurnal Ilmiah Psikologi MIND SET, 11(02), 86–98. https://doi.org/10.35814/mindset.v11i02.1413

Ngai, F. W., & Ngu, S. F. (2014). Family sense of coherence and family adaptation among childbearing couples. Journal of Nursing Scholarship, 46(2), 82–90. https://doi.org/10.1111/jnu.12045

Share Via :


📞 AMBIL PROMONYA SEKARANG
Scroll to Top