Ayah Bunda, pernahkah mendengar istilah brain rot?
Secara sederhana, brain rot atau “pembusukan otak” adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi ketika otak anak menjadi cepat lelah, sulit fokus, dan gampang terdistraksi karena terlalu sering mengonsumsi konten digital yang tidak berkualitas, seperti video pendek yang diulang-ulang, bermain/menggunakan gadget tanpa tujuan, atau terlalu banyak berpindah-pindah media dalam waktu singkat.
Istilah ini memang bukan istilah medis resmi, tetapi sudah banyak dibahas oleh para ahli karena bisa memengaruhi kesehatan mental dan perkembangan otak anak, terutama jika terjadi terus-menerus.
Apa Hubungannya dengan Anak?
Otak anak sedang dalam masa perkembangan. Jika terlalu sering terpapar layar tanpa pendampingan yang baik, otak mereka bisa mengalami gangguan dalam belajar, bicara, bahkan bersosialisasi. Beberapa dampak yang perlu diwaspadai orang tua antara lain:
1. Gangguan Perkembangan Otak dan Bahasa
- Usia dini (0–4 tahun) sangat sensitif terhadap screen time. Anak yang terlalu lama menonton TV atau video (misalnya 3 jam sehari) bisa mengalami keterlambatan bicara, kurang siap masuk sekolah, dan bagian otaknya yang mengatur bahasa bisa terganggu.
- Komunikasi dengan orang tua berkurang. Jika anak lebih banyak menatap layar daripada berbicara atau bermain dengan orang tua, maka kemampuan bahasanya bisa berkembang lebih lambat.
2. Gangguan Mental dan Perilaku
- Anak yang terlalu sering memakai gadget atau menonton konten digital bisa lebih mudah cemas, cepat marah, sulit fokus, dan bahkan menunjukkan gejala mirip ADHD (gangguan fokus dan hiperaktif).
- Terlalu lama menatap layar bisa menyebabkan masalah bicara, keterlambatan belajar, dan bahkan risiko gangguan spektrum autisme, terutama pada balita dan anak laki-laki.
3. Otak Mudah Lelah Karena Kebanyakan Informasi
- Konten digital yang cepat dan pendek-pendek (seperti video TikTok atau Reels) bisa membuat otak anak terlalu banyak menerima informasi dalam waktu singkat, yang biasa disebut overload digital.
- Ini bisa menyebabkan anak sulit fokus, gampang bosan, dan tidak bisa berpikir jernih.
- Ada juga kebiasaan “doomscrolling” (scroll tanpa henti) atau “zombie scrolling” (melihat layar pasif tanpa tujuan) yang bisa membuat anak kelelahan secara mental dan emosional.
- Anak yang sering menonton video pendek mengalami penurunan daya ingat dan konsentrasi dibandingkan dengan anak yang tidak menonton video sejenis.
Bagaimana Cara Mencegah dan Mengatasinya?
Ayah Bunda, beberapa ahli menyebut bahwa efek negatif dari media digital memang ada, tetapi belum tentu semua anak akan mengalaminya dengan cara yang sama. Masalah sosial ekonomi, kualitas pendidikan, dan pola makan juga bisa ikut berpengaruh. Namun satu hal yang disepakati: Penggunaan media digital harus dikendalikan, terutama untuk anak-anak yang masih dalam masa tumbuh kembang.
Berikut beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan oleh Ayah Bunda di rumah:
1. Batasi Waktu Layar & Pilih Konten Positif
- Ayah Bunda, cobalah untuk mengikuti saran dari dokter spesialis anak: untuk anak usia 3–5 tahun, cukup 1 jam sehari dengan pendampingan.
- Pilih konten edukatif dan interaktif, hindari video yang hanya menghibur tanpa manfaat.
2. Ajak Anak Berinteraksi dan Aktif Bergerak
- Luangkan waktu bersama anak untuk bermain bersama, membaca buku, atau bermain di luar rumah.
- Kegiatan ini sangat penting untuk perkembangan bahasa, emosi, dan kemampuan sosial anak.
3. Buat Rutinitas Tidur yang Sehat
- Hindari penggunaan gadget 1–2 jam sebelum tidur karena bisa mengganggu kualitas tidur anak.
- Terapkan pola tidur yang cukup untuk anak. Tidur yang cukup akan membantu otak berfungsi lebih baik keesokan harinya.
4. Beri Contoh dan Bangun Kesadaran
- Ayah Bunda, anak akan meniru kebiasaan orang tua. Jika orang tua juga bijak menggunakan gadget, anak akan ikut belajar. Jadi, berilah contoh yang baik dan bijak dalam menggunakan gadget kepada anak.
- Ajarkanlah anak untuk hidup dengan seimbang antara dunia digital dan dunia nyata.
Baca Juga : Reward dan Punishment dalam Mendidik Anak
Penutup
Ayah Bunda, brain rot mungkin terdengar menakutkan, tapi sebenarnya bisa dicegah. Kuncinya adalah pendampingan, batasan yang sehat, dan aktivitas yang seimbang antara layar dan dunia nyata.
Anak yang bahagia bukan yang paling sering menatap layar, tetapi yang merasa dicintai, diajak bicara, dan diberi waktu untuk tumbuh bersama keluarga.
Untuk konsultasi dan informasi lebih lanjut Hubungi :
Klinik Tumbuh Kembang Anak Niumiu
No. WhatsApp 0821-2082-3522 / Klik WA Disini
Ditulis Oleh : Tim Penulis. 22 Agustus 2025
Referensi:
- American Academy of Pediatrics. (2016). Media and Young Minds. Pediatrics, 138(5), e20162591. https://doi.org/10.1542/peds.2016-2591
- Dai, J., & Ouyang, L. (2025). Excessive screen time is associated with mental health problems and ADHD in US children and adolescents: A nationwide study. arXiv preprint arXiv:2508.10062. https://arxiv.org/abs/2508.10062
- Dresp-Langley, B. (2020). Children’s Health in the Digital Age. arXiv preprint arXiv:2007.03447. https://arxiv.org/abs/2007.03447
- van den Eijnden, R. J. J. M., Lemmens, J. S., & Valkenburg, P. M. (2016). The Social Media Disorder Scale. Computers in Human Behavior, 61, 478–487. https://doi.org/10.1016/j.chb.2016.03.038
- Wikipedia contributors. (2024). Screen time. In Wikipedia, The Free Encyclopedia. https://en.wikipedia.org/wiki/Screen_time