deteksi disleksia sejak dini

Deteksi Disleksia Sejak Dini

Apakah Ayah Bunda pernah mendengar atau membaca mengenai apa itu disleksia? Disleksia merupakan salah satu bentuk Specific Learning Disorder atau Gangguan Belajar Spesifik. Disleksia bukanlah kondisi yang muncul secara tiba-tiba di usia dewasa, tanda-tanda disleksia biasanya mulai terlihat sejak usia dini, bahkan di masa prasekolah. Deteksi disleksia sejak dini sangat penting bagi Ayah Bunda, guru, dan tenaga pendidik. Mengenali gejalanya sedini mungkin agar anak dengan disleksia mendapatkan penanganan yang tepat.

Menurut Asosiasi Disleksia Indonesia (ADI, 2019), disleksia adalah kondisi kesulitan belajar yang terjadi pada individu dengan potensi kecerdasan yang normal atau rata-rata. Kesulitan ini terutama terjadi dalam area bahasa, baik lisan, tulisan, maupun sosial. Tak hanya itu, disleksia juga sering disertai gangguan fungsi eksekutif, yaitu kesulitan dalam mengatur, merencanakan, dan mengingat informasi.

Tanda-Tanda Awal Disleksia yang Perlu Diwaspadai

Ayah Bunda, berikut ini adalah beberapa red flag atau tanda peringatan awal disleksia yang dapat muncul sejak usia dini:

  • Masalah Fonologi

Kesulitan dalam membedakan bunyi huruf atau kesadaran fonemik merupakan salah satu ciri utama disleksia. Anak mungkin sering menghapus, menambahkan, atau mengganti huruf saat berbicara. Contohnya, anak menyebut “atap” menjadi “tapa” atau “kapal” menjadi “katal”.

  • Masalah Memori Verbal

Anak dengan disleksia biasanya mengalami kesulitan dalam mengingat perkataan. Ini berhubungan dengan working memory (memori kerja) yang rendah, sehingga mereka juga cenderung lupa meletakkan barang atau mengingat instruksi sederhana.

  • Kesulitan Menyusun Kegiatan

Penderita disleksia umumnya mengalami hambatan dalam menyusun kegiatan secara sistematis. Misalnya, mereka bisa bingung dalam mengurutkan aktivitas harian seperti berpakaian, menyikat gigi, lalu sarapan.

  • Masalah Pemahaman Sintaks

Pemahaman struktur kalimat atau sintaksis juga menjadi tantangan. Anak mungkin sering menggunakan susunan kata yang tidak sesuai, seperti “makan mau aku” daripada “aku mau makan”.

Komorbiditas Disleksia: Gangguan yang Sering Menyertainya

Disleksia tidak jarang muncul bersamaan dengan gangguan lain, atau disebut juga sebagai komorbid. Beberapa gangguan yang umum menyertai disleksia antara lain:

  • ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder)

Menurut American Psychiatric Association (2013), ADHD ditandai dengan kurangnya perhatian, hiperaktivitas, dan impulsivitas. Anak-anak dengan ADHD lebih mungkin mengalami keterlambatan dalam penguasaan bahasa. Bahkan, dalam DSM-5 disebutkan bahwa sekitar 50% anak dengan disleksia juga mengalami ADHD.

  • Diskalkulia

Diskalkulia adalah gangguan belajar yang berkaitan dengan kesulitan dalam memahami konsep matematika. Anak dengan disleksia yang juga mengalami diskalkulia akan kesulitan dalam melakukan perhitungan sederhana, memahami simbol angka, atau mengingat fakta-fakta matematika dasar.

  • Gangguan Koordinasi Perkembangan (Developmental Coordination Disorder)

Gangguan ini ditandai dengan keterlambatan perkembangan gerakan dan koordinasi motorik. Anak bisa terlihat canggung dalam aktivitas fisik seperti mengikat tali sepatu, memegang pensil, atau bahkan saat berlari dan melompat.

Mengapa Deteksi Dini Penting?

Ayah Bunda, deteksi disleksia sejak dini sangat penting agar anak dapat mendapatkan intervensi yang tepat. Semakin cepat disleksia dikenali, semakin besar peluang anak untuk mengembangkan strategi belajar yang sesuai dengan kebutuhannya. Disleksia bukan berarti anak tidak cerdas. Dengan pendekatan yang tepat, anak dengan disleksia tetap dapat tumbuh dan berprestasi, baik di bidang akademik maupun non-akademik.

Baca Juga : Memahami dan Mendampingi Proses Bicara Anak

Penutup

Disleksia bukanlah kutukan, melainkan tantangan yang bisa diatasi dengan pemahaman dan pendekatan yang tepat. Ayah Bunda, guru, dan lingkungan sekitar memiliki peran besar dalam mendampingi anak disleksia menjalani proses belajar. Dengan mengenali tanda-tandanya sejak dini dan memahami kemungkinan gangguan yang menyertainya, kita dapat membantu anak tumbuh percaya diri dan mencapai potensi terbaiknya.

Ditulis Oleh : Tim Penulis. 28 Juni 2025

Referensi :
American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorder : fifth edition, dsm 5. Arlington, VA.
Asosiasi Disleksia Indonesia. (2019). https://www.asosiasidisleksiaindonesia.com/
Susanto, Teguh. (2013). Terapi dan Pendidikan Bagi Anak Disleksia. Yogyakarta: Familia.
Share Via :


📞 AMBIL PROMONYA SEKARANG
Scroll to Top