Ayah Bunda, Cerebral palsy (CP) merupakan gangguan neurologis yang memengaruhi gerakan, tonus otot, dan postur akibat kerusakan otak yang terjadi pada masa perkembangan awal, sering kali sebelum atau sesaat setelah lahir. Karena spektrum gejalanya sangat luas, praktik mengklasifikasikan CP menjadi sangat penting untuk memahami sejauh mana kondisi memengaruhi anak, serta merancang rencana intervensi yang tepat sasaran. Klasifikasi cerebral palsy ini tidak hanya membantu dalam komunikasi antar profesional kesehatan, tapi juga sangat berguna bagi Ayah Bunda dalam menetapkan ekspektasi yang realistis dan memahami potensi perkembangan anak.
Faktor-Faktor dalam Klasifikasi Cerebral Palsy
1. Tingkat Keparahan (Severity)
Klasifikasi berdasarkan keparahan biasanya dibagi menjadi tiga tingkat umum:
- Ringan: Anak dapat bergerak tanpa bantuan; keterbatasan dalam aktivitas motorik minor mungkin ada.
- Sedang: Anak membutuhkan alat bantu, seperti walker atau kursi roda dalam beberapa situasi; mobilitas dan aktivitas sehari-hari terpengaruh.
- Parah: Mobilitas dan fungsi motorik sangat terbatas; anak membutuhkan bantuan signifikan untuk aktivitas harian.
Klasifikasi ini bersifat luas dan subjektif, namun berguna untuk komunikasi awal mengenai tingkat kebutuhan dan dukungan anak.
2. Distribusi Topografi (Bagian Tubuh yang Terpengaruh)
Distribusi gejala pada tubuh dapat membantu menggambarkan dimana letak keterbatasan dan bagaimana pengaruhnya terhadap mobilitas:
- Monoplegia: Hanya satu anggota tubuh yang terpengaruh (biasanya satu lengan atau kaki).
- Hemiplegia: Satu sisi tubuh (kanan atau kiri) terpengaruh – umum pada CP ringan hingga sedang.
- Diplegia: Kedua kaki terpengaruh lebih signifikan dibandingkan lengan; sering terlihat pada bayi prematur.
- Quadriplegia/Tetraplegia: Semua empat ekstremitas terpengaruh, seringkali disertai gangguan kontrol otot di wajah dan batang tubuh.
Ayah Bunda, distribusi ini penting karena membantu menentukan fokus fisioterapi dan jenis alat bantu yang dibutuhkan anak.
3. Tonus Otot (Muscle Tone)
CP sangat memengaruhi tonus otot, yang berhubungan dengan ketegangan otot saat istirahat. Berdasarkan tonus otot, CP diklasifikasikan sebagai:
- Spastik (Hypertonia): Tonus otot terlalu tinggi, menyebabkan kekakuan dan gerakan yang canggung. Ini adalah bentuk CP paling umum.
- Hipotonik (Hypotonia): Tonus otot terlalu rendah; anak terlihat lemas atau “floppy.”
- Atetoid/Diskinetik: Tonus otot berubah-ubah antara tinggi dan rendah; gerakan tidak terkendali dan sering kali lambat atau melilit.
- Ataksik: Koordinasi gerakan dan keseimbangan terganggu, menyebabkan gerakan goyah atau tidak stabil.
- Campuran: Kombinasi dari dua atau lebih jenis tonus otot di atas.
Klasifikasi Berdasarkan Fungsi
Perkembangan terbaru dalam pendekatan terhadap CP adalah menggunakan sistem klasifikasi fungsional, yang fokusnya bukan hanya pada gejala medis, tetapi kemampuan anak dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa sistem yang digunakan secara luas antara lain:
1. Gross Motor Function Classification System (GMFCS)
GMFCS menilai kemampuan motorik kasar, seperti duduk, berdiri, berjalan, dan mobilitas dengan alat bantu. Sistem ini membagi kemampuan anak dalam lima tingkat (Level I–V) di lima rentang usia:
- < 2 tahun
- 2–4 tahun
- 4–6 tahun
- 6–12 tahun
- 12–18 tahun
Contoh Singkat Level GMFCS:
- Level I: Anak dapat berjalan tanpa batasan berarti.
- Level II: Berjalan tanpa alat bantu, namun ada keterbatasan saat di luar ruangan atau area ramai.
- Level III: Membutuhkan alat bantu seperti walker atau kursi roda untuk jarak jauh.
- Level IV: Mobilitas terbatas meski dengan bantuan; biasanya menggunakan kursi roda.
- Level V: Mobilitas sangat terbatas; memerlukan bantuan penuh untuk transportasi.
2. Manual Ability Classification System (MACS)
Sistem ini mengevaluasi kemampuan menggunakan tangan dalam aktivitas sehari-hari, seperti makan, menulis, atau memegang mainan.
- Level I: Memegang dan memanipulasi benda tanpa kesulitan berarti.
- Level V: Tidak mampu memegang atau mengontrol objek, bahkan dalam aktivitas sederhana.
3. Communication Function Classification System (CFCS)
CFCS mengukur kemampuan komunikasi, baik secara verbal maupun nonverbal.
- Level I: Komunikasi efektif dengan siapa saja dan dalam situasi apapun.
- Level V: Sering tidak dapat memahami atau dimengerti, bahkan dengan bantuan alat komunikasi.
Mengapa Klasifikasi Multi-Dimensi Dibutuhkan?
Karena CP memengaruhi banyak aspek kehidupan anak, penggunaan satu jenis klasifikasi saja sering tidak cukup. Dengan menggabungkan klasifikasi topografi, tonus otot, dan sistem fungsional, orang tua, guru, terapis, dan dokter dapat:
- Memahami kebutuhan spesifik anak
- Menyusun rencana terapi yang tepat
- Mengkomunikasikan perkembangan anak secara lebih jelas
- Menyusun tujuan jangka pendek dan panjang secara realistis
Kesimpulan
Ayah Bunda, itu dia berbagai klasifikasi cerebral palsy dan bagaimana cara penanganannya. Cerebral palsy adalah kondisi yang sangat beragam, dengan pendekatan klasifikasi yang menyeluruh, kita bisa lebih memahami dan mendukung anak secara optimal. Klasifikasi bukan hanya label, melainkan alat untuk menjembatani harapan, perencanaan terapi, dan dukungan berkelanjutan untuk tumbuh kembang anak.
Baca Juga : Kemandirian Pada Anak Disleksia? Bagaimana Cara Melatihnya?
Untuk konsultasi dan informasi lebih lanjut Hubungi :
Klinik Tumbuh Kembang Anak Niumiu
No. WhatsApp 0821-2082-3522 / Klik WA Disini
Ditulis Oleh : Tim Penulis. 14 Juni 2025
